Menguak Sejarah Berdirinya Bukalapak, E-Commerce Populer di Indonesia

Bukalapak didirikan pada tahun 2010 oleh Achmad Zaky setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB), bersama dengan temannya Nugroho Harucahyono. Teman Zaky yaitu Fajrin Rasyid, bergabung dengan mereka untuk mengelola keuangan Bukalapak. Tujuan didirkan Bukalapak adalah sederhana, yaitu untuk mendigitalisasi transaksi pada usaha kecil.

Pengembangan awal Bukalapak dibarengi dengan populernya sepeda fixie, saat ada banyak penjual dalam komunitas menjual berbagai tipe sepeda dan aksesorisnya. Bukalapak berfokus pada bekerjasama dengan penjual tersebut, yang membuatnya dikenal sebagai pasar sepeda. Hal tersebut juga berkontribusi pada pertumbuhan jumlah penggunanya. Kata “pelapak” sering digunakan pada penjual di Bukalapak. Di tahun 2013, perusahaan mencatatkan lebih dari 80.000 penjual.

Pada bulan Desember 2019, Zaky mengumumkan rencananya untuk mengundurkan diri dan secara resmi mengundurkan diri pada bulan Januari 2020, kemudian menunjuk Rachmat Kaimuddin sebagai CEO Bukalapak baru. Herucahyono juga mengundurkan diri sebagai CTO, lalu memulai pendanaan usaha untuk mendirikan startup tahap awal dengan Zaky. Rasyid juga keluar pada bulan Juni 2020 untuk bergabung dengan Telkom Indonesia.    

Kaluarnya para pendiri Bukalapak bertepatan dengan pemberhentian para karyawan. Ribuan karyawan dari retail pintar, internet of things, dan divisi marketing diberhentikan sebagai bagian dari perubahan strategi. Kaimuddin mengambil kebijakan dengan merekrut pemodal perusahaan blue chip dan untuk memimpin IPO perusahaan pada bulan Agustus 2021, yang menjadi yang terbesar di Indonesia pada saat itu. Dia mengundurkan diri empat bulan kemudian, yang memicu penurunan pada harga saham Bukalapak. COO Bukalapak Wilix Halim, kemudian mengambil alih posisi sebagai CEO.


Keuangan

Setelah awal yang sulit, Bukalapak mendapatkan pendanaan pada bulan Juni 2011 untuk menjaga operasinya tetap berjalan, saat pemodal Jepang Takeshi Ebihara dari Batavia Incubator menginvestasikan Rp2 miliar ke perusahaan. Ebihara merupakan mentor dari pendirinya.

Pada bulan Februari 2014, konglomerat Indonesia Emtek berpartisipasi dalam pendanaan Seri A, berinvestasi pada saham kurang dari 20%. Dalam laporan keuangan Emtek pada tahun 2015 mengindikasikan bahwa Bukalapak menerima dana dari Emtek yang totalnya senilai 439 miliar. Pada bulan Juli 2020, Emtek memegang 35,17% saham Bukalapak setelah penyesuaian, yang menjadikannya pemegang saham terbesar. Bukalapak juga menerima investasi dari Aucfan, IREP, 500 Startups dan GREE Ventures. 

Pada bulan Januari 2019, Bukalapak mengumumkan selesainya pendanaan yang tidak diumumkan oleh Mirae-Asset-Naver Asia Growt Fund, joint venture antara perusahaan Korea Selatan Mirae Financial Group dan Naver. Pada bulan November 2020, Microsoft menginvestasikan US$100 juta pada Bukalapak sebagai bagian dari kesepakatan yang kemudian dilihat mengadopsi Microsoft Azure sebagai platform cloud pilihan.

Pada bulan Juni 2022, dua pertiga pendapatan Bukalapak berasal dari perusahaan rekanan, sisanya dari e-commerce. Pada bulan tersebut, juga diumumkan bahwa kerugian diperkirakan melebihi US$100 juta untuk tahun fiskal, meskipun pendapatan diperkirakan naik lebih dari dari 60%.


Kepemimpinan

Komisaris Presiden            : Bambang Brodjonegoro

Komisaris Independen       : Bambang Brodjonegoro, Zannuba Arifah

Komisaris                           : Adi Wardhana Sariaatmadja, Lu Zhang

Presiden                              : Teddy Oetomo

CEO                                    : Willix Halim

CFO                                    : Natalia Firmansyah


Referensi

https://en.wikipedia.org/wiki/Bukalapak 

0 Response to "Menguak Sejarah Berdirinya Bukalapak, E-Commerce Populer di Indonesia"

Posting Komentar